Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Dusunku, Palebunan

O leh Mega Agustini Kaummudapergerakan-Karang Anyar . Desa Karang Anyar terkenal dengan desa penghasil garam. Hampir setiap tahunnya desa ini menghasilkan garam. Bicara tentang desa Karang Anyar, menurut ayah saya, dahulu desa ini adalah saghara (masyarakat desaku begitu menyebutnya), yang secara bahasa Indonesia adalah lautan. Menurut Bapak Saed (52) dahulu desa kami bukan di sini, melainkan di seberang desa dari tempat yang kami tempati sekarang. Dan sekarang tempat itu menjadi tempat pembuatan garam. Hingga suatu hari desa ini dipindahkan kelautan tersebut oleh pemerintah, dan sekarang sudah menjadi sebuah Desa Karang Anyar. Bapak yang memiliki 2 putri ini berkata bahwa itulah asal usul desa kami. Dinamakan desa Karang Anyar karena desa ini anyar (baru). Desa Karang Anyar memiliki banyak dusun. Salah satunya Dusun Palebunan RT 07 RW 01. Kata seorang nenek parubaya yang tinggal dengan anak dan cucunya, asal usul nama Palebunan itu dari sebuah tempat yang ditempati

Tarètan Ngoḍâ Jokowi

O leh Ki Ageng Linglung Kaummudapergerakan-Sumenep . Mulanya relawan ini hanya kumpulan anak-anak muda yang saya temui di gardu tepi jalan Desa Karang Anyar. Mulanya mereka hanya berempat: Mohamad Anwar, Jufri, Peco dan Musdar. Dari mereka relawan ini berkembang, bertambah: Mega, Hikmah, Deny, Devi, Mely, Durahman, dan lainnya. Mereka biasa saya temui setelah shalat ashar atau sehabis shalat isya’. Mereka adalah bagian generasi terdidik dari Desa Karang Anyar yang mulai paham dan cemas tentang kemajuan. “Ayo Genk, kau pilih Jokowi atau Prabowo?” Jufri melontarkan pertanyaan dengan tertawa. Waktu itu, senja hampir mengganti siang dengan malam. Saya pun tak banyak pilihan kata untuk menjelaskan pilihan saya. “Anak-anak muda selalu punya mimpi untuk masa depan yang lebih baik. Bukan bernostalgia dengan masa lalu,” saya melontarkan kata-kata itu dengan nada gurau. Sore itu mereka hanya nyengir mengunyah kata-kata itu. Saya pun paham. Pertanyaan mereka bukan kalimat ‘seriu

Kisah 11 Agustus 2014

O leh Nur Hikmah Kaummudapergerakan . Entah mengapa? Aku kenal dia sudah cukup satu minggu, dan pada hari ini (11 Agustus 2014), aku benar-benar aneh dengan sikap dia. Sikap dia membuat aku semakin ingin selalu bersamanya. Dan pada hari ini aku sudah memanggil Si Irwan dengan sebutan “Oreo”. Aku panggil dia “Oreo” karena dia benar-benar banyak orang yang suka padanya –bahkan orang yang mencintainya. Sebenarnya aku itu tidak pernah mengerti tentang perasaaanku ini. Perasaan yang selalu memikirkannya dan selalu ingin bersamanya. Semakin hari hatiku selalu dihantui dengannya. Di dalam kelas pun, aku sering melamun dan tersenyum sendiri. Apalagi di luar sekolah. Benar-benar aneh dan ini semua terjadi saat ini padaku. Terkadang aku merasa tidak pantas dengannya. Sebenarnya aku ini suka sama dia atau cuma fansnya dia? Dan ini pengalaman untuk mencintai seseorang lebih dari segalanya. Bahkan aku merasa cemburu setiap dia selalu curhat kepadaku tentang ceweknya, pacar yang disa

Terlambat Sekolah

O leh Mega Agustini Kaummudapergerakan. Rabu, 06 Agustus 2014 hari ketiga masuk sekolah. Namun saya sudah mendapatkan masalah lagi. Saya terlambat untuk ke dua kalinya. Peraturan di sekolah saya terlambat dua kali akan dipulangkan dan harus memanggil orang tuanya ke sekolah. Pada awalnya saya mencoba tenang, namun setelah didata semua siswa yang terlambat saya dipanggil untuk menghadap Pak Misrawi karena sudah terlambat dua kali. Saya menghadap Pak Misrawi tidak sendiri. Tapi bersama teman saya Dewi. Kebetulan dia juga terlambat dua kali. Dan di sinilah puncak ketegangan mulai saya rasakan. Saya takut untuk dipulangkan karena saya merasa kecewa kalau harus memanggil orang tua kesekolah. Mungkin Pak Misrawi sedikit tersentuh hatinya kepada kami. Hingga beliau menyuruh kami ke Pak Zainollah. Kamipun menghadap pada beliau. Namun beliau tetap menyuruh kami untuk pulang. Rasa cemas saya semakin memuncak. Saya terdiam begitu lama. Hampir setengah jam kami berdiam tanpa eksp

Bhâbhâd Songennep Bâgiân IV

Kaummudapergerakan _ Kaoca’ bâḍâ orèng anyama Kyaè Paḍemmabu 1 , è bâkto malem abâ’na nangalè tèra’ mongging è tèmor. È nalèka jârèya kèya èèntarè. È ro’-toro’ cahya tèra’ jârèya sajân ajhâlân ka tèmor, kongsè napa’ ka kennenganna bhâbhâji’ ghellâ’, tèra’ bhuru lajhu ambu. Kyaè Paḍemmabu gencang  apara’ ka kennenganna sè tèra’ ghellâ’, lajhu nangalè bhâbhâji’ lalakè kasorang, iyâ arèya asonar tèra’. Bhâbhâji’ pas èkala’ bi’ Kyaè Paḍemmabu, èèmbhân, èghibâ molè ka bengkona. Sanapa’na ka bengkona pas èbâghi ka ana’ bâbinè’na. Ana’na sè nampanè bhâbhâji’ bhuru cè’ pèragghâ sarta cè’ bhungana, marghâ ollè ana’ ta’ kalabân nganḍung dhibi’. Serrèna ana’na cè’ lèburrâ, molana bhâbhâji’ bhuru lajhu èangghâp  mara ana’na dhibi’, sarta pas èsosoè, tor ènyamaè Agus Wèdi (Bânya’ Wèḍi) È kala’ panḍâ’na carèta, satèya Bânya’ Wèḍi la aomor lèma taon. Sabbhân arè taḍâ’ laèn lakona neng noro’ ngowan sapè ka ghâl-tegghâl. Kacarèta’a Jakatolè satèya aomor lebbi nem taon. Lamon Kè Empo apa

Hari Pertama Masuk Sekolah

Oleh Mega Agustini* Hari senin, tgl 04 Agustus 2014 adalah hari di mana libur sekolah sudah usai. Hari pertama untuk memulai pelajaran kembali. Namun hari yang sama saya terlambat untuk mengikuti upacara. Untungnya masih ada toleransi dari pihak sekolah karena masih pertama masuk sekolah. Usai upacara saya pun mencari kelas yang akan menjadi ruang belajar saya selama duduk di bangku kelas XI. Teman bangku saya adalah Reny. Dia adalah teman saya waktu di kelas X kemarin. Setelah menunggu hampir 1 jam akhirnya wali kelas kami datang. Beliau adalah Ibu Dewi hartatik yang mengajar bahasa indonesia. Pengenalan di dalam kelaspun berlangsung. Ibu Dewi berpesan kami harus beranggapan bahwa kami adalah saudara kembar yang harus melindungi satu sama lain. Kelas adalah rumah kami, dan Ibu Dewi adalah ibu kami. Hari pertama yang menyenangkan, karena saya bisa berkumpul kembali dengan teman-teman sekaligus bisa mengenal Ibu Dewi. *siswa kelas XI SMAN 1 Kalianget, Sumenep

Tim Jokowi-JK Berkunjung ke Perpustakaan Romah Sangkol

O leh Nur Hikmah Kaummudapergerakan-KarangAnyar . Pada Jumat, 1 Agustus 2014, salah satu anggota tim sukses Nasional Jokowi– Jusuf Kalla, yaitu Zuhairi B. Misrawi berkunjung ke perpustakaan Rumah Sangkol. Politisi dan intelektual muda PDI Perjuangan ini disambut meriah oleh OPERA (Organisasi Pemuda Karang Anyar) dan para petani garam. Sesampainya di tempat sekretariat perpustakaan Rumah Sangkol Karang Anyar, teman-teman OPERA selaku pelaksana kegiatan mengadakan audensi dengan tema “Serap Apirasi Tim Jokowi-JK Bersama Petani Garam”. Perbincangan berjalan dengan  lancer. Petani garam Karang Anyar dan Pinggir Papas menyampaikan aspirasinya terkait tentang garam yaitu, (a) Produktivitas garam, (b) Sarana dan prasarana lahan garam, (c) Bantuan PUGAR (Peningkatan Usaha Garam Rakyat) yang realisasinya tidak tepat sasaran. Harapan saya dan teman-teman OPERA (Organisasi Pemuda Karanganyar) dengan kedatangannya Zuhairi B misrawi dapat menjadi penyambung lidah petani gara

Pagi Hari Waktunya Pergi ke Sekolah

O leh Mega Agustini Kaummudapergerakan-Sumenep . Di sekolah a ku bertemu banyak teman , terutama anak-anak kelas X.IPS.2 . D ari pagi hingga siang tak ada kegiatan belajar mengajar . A kupun tak ta h u apa yang menjadi sebab  guru-guru tidak masuk untuk mengajar . A tau mungkin memang sengaja ditiadakan. Pagi hingga siang terpancar canda gurau di antara kami. S emua tertawa lepas , m eski di antara teman kami ada yang lagi galau . T idak begitu lama kar e na kami menghibur hatinya yang lagi galau. T ernyata hidup silih berganti dan berpasangan. Tak selamanya kita akan bahagia ataupun susah. Ada kalanya kita harus bahagia dan ada kalanya kita harus sedih. Ya, seperti yang a ku alami sekarang. M ungkin pagi hingga siang a ku tertawa bahagia . N amun pada sore harinya tepatnya pada saat saya pergi latihan senam aerobik, saya dan teman kelompok saya ( C hodzi, M ia, A ini , M bak Y uni, H olis d an l ain- l ain ) beradu konflik dengan M bak R eny hanya karna mengu

Nyadhâr dan Kemodernan Kita

Oleh Salamet Wahedi Upacara nyadhâr di Desa Pinggir Papas merupakan pagelaran tradisi yang merefleksikan khasanah lokal dan nilai-nilai agama. Upacara nyadhâr pertama yang akan dilaksanakan pada 8-9 Agustus 2014 itu, tidak sekadar mengekpresikan kebahagiaan atas melimpah ruahnya garam. Akan tetapi juga menjadi manifestasi rasa syukur kehambaan atas karunia Tuhan. Bahkan, tradisi nyadhâr bermakna “hari raya” bagi masyarakat Pinggir Papas. Dalam konteks kekinian, tradisi warisan Syekh Anggasuto dan saudara-saudaranya itu dapat menjadi jalan spiritual bagi anak-putu-nya untuk menemukan dua arti hidup yang hampir raib. Pertama, arti penghambaan. Silsilah Syeckh Anggasuto dan saudara-suadaranya dalam menggelar tasyakuran atau memenuhi nadzarnya untuk selamatan atas karunia garam sebagai sumber penghasilan, dapat menjadi i’tibar atau pertanda untuk mengembalikan segala kejadian kepada kuasa Tuhan. Dalam melaksanakan tasyakurannya, Syech Anggasuto mengajarkan untuk mengedepanka