Oleh Dian Apriatin* Dalam kesunyian sore, nyanyian alam mulai terdengar. Sayup-sayup angin berhembus menggetarkan jiwa dalam kehangatan senja. Bukit-bukit di ujung pandang seketika menghilang bersama kekalutan hati dalam diam. Senja mulai menua. Seperti kita. Umur kita. Dan juga kehidupan kita. Kita menjauh dari masa lalu, berlalu meninggalkan jejak dalam harumnya kenangan manis itu. Menjelma menjadi manusia dewasa yang mencari kesejahteraan hidup sepenuhnya. Hati berbisik seolah ada sesuatu yang tertinggal, namun tetap mengikuti kita dari belakang. Aku telah mencapai titik di mana aku kembali melihat ke belakang. Menengok dan memandang kembali salah satu dari ribuan kenangan usang. Seperti burung, aku telah bebas terbang menelusuri seluruh alam. Tapi sepertinya ada beberapa kenangan yang tak bisa untuk dilupakan. Kembali ku mengenang manisnya kenangan masa lalu. Masa kecil yang mengharuskan aku bersosialisasi dengan teman sebaya setiap harinya. Masa kecil di mana hanya ada c
Merangkai yang Terserak, Membaca yang Sublim