Langsung ke konten utama

Postingan

Pak Anu

O leh Dwi Ajeng Kartini Selama kuliah dua semester -dari semester satu sampai semester dua- baru kali ini aku bertemu dan diajar oleh dosen unik. Dikatakan unik karena cara mengajarnya santai dan mudah dipahami. Cara menyampaikan materi sangatlah berbeda dengan dosen lain yang cenderung membuat tegang. Hehe. Beliau adalah Bapak Salamet Wahedi. Sebelum ‘mengenal’nya, kami sudah mengetahuinya. Beliau adalah dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Desas-desisnya, beliau termasuk dosen killer , tentu aku langsung kaget. Aku takut ketika mendengar, beliau dosen yang killer . Aku takut, beliau di kelas sangat kaku, membosankan, dan tentu -saja bicara dosen killer - pelit nilai. Jujur saja, saat petama melihatnya memang benar terlihat seperti dosen killer. Aku sempat bingung karena pertama masuk, beliau duduk hanya diam. Aku sampai berpikir, sebenarnya dosen ini sedang marah atau memang gayanya seperti ini? Dengan tatapan mata yang sinis dan tidak mau menatap mahasiswa,
Postingan terbaru

Dari Malam Jahanam Hingga Lautan Bernyanyi Ini Terkisah dalam Segebok Diary

Oleh Anggun Putri AM, Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Trunojoyo Madura/aktivis Komunitas Karsa dan TBM Lembu Madura Parade  pentas teater yang digelar paro Juni 2016 lalu oleh Teater Sempat (Semester Empat) belum usai meski naskah pilihan yang diambil dari sepuluh sastrawan ternama naik di atas panggung pementasan. Teater yang digawangi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Trunojoyo Madura (PBI UTM) itu, alhasil masih membuahkan buntut berupa segebok diary. Setumpuk catatan harian tersebut merupakan tumpahan rasa, keluh kesah, amarah, keharuan, kekhawatiran, berbagai gagasan kreatif dan pertukaran pikiran yang mereka catat selama proses awal hingga akhir. Catatan dari sederet proses panjang itulah yang mereka tuliskan dengan apik sebagai tugas akhir semester dan kini menjadi segebok antologi diary. Pilihan naskah, seleksi aktor, pembentukan tim, bedah naskah, olah vokal, olah tubuh, hingga  set  panggung yang menguras banyak tenag

Inilah Ciri Khas Kami: Baca Puisi

Oleh Nahdliya, mahasiswa PBSI 2015 asal Pantura Jawa Helmi Yahya? Begitulah penuturannya saat aku pertama kali mengenalnya. Pertama kali kami berjumpa dan bertatap muka, tepatnya saat aku melewati masa-masa ospek di lingkup Prodi PBSI. Aku sempat heran dan meragukan nama aslinya. Apakah benar seperti itu atau hanya sebagai dalih agar dia tenar di kalangan maba. Oh hanya Tuhan yang tahu mengenai namanya. Dia memperkenalkan diri pada kami sebagai wakil ketua HMP saat itu. Aku sempat berpikir keras, mencoba memahami jabatan yang dipegangnya. Bukan meragukan, tapi lebih ke arah tidak percaya. Setahuku dia konyol, lucu, gokil dan entah apa lagi. Segalayang berbau komedi melekat pada dirinya. Itu yang membuat aku tidak percaya dengan jabatan wakil ketua HMP yang dipegangnya. Di awal pertemuan dengan suasana lingkungan perguruan tinggi, aku lebih memilih acuh tak acuh tentang kak Helmi. Entah dia mau menjadi apaatau menjabat apa. Beberapa hari mengikuti ospek, aku mulai mengerti sisi

Sajak-sajak Muttafaqur Rahmah

*Muttafaqur Rahmah, dosen Untag Banyuwangi, alumni S-1 dan S-2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya Bapak (I) Hati Berseri-seri Bersemu Merah jambu Dan, kau , Pak Begitu saja tergeletak Tanpa sapa dan decak Dan, kau , P ak Bingung sendiri Menata duri Memaksamu mencuri wajah pagi Sedang aku yang sedari tadi di sini Entah sebagai apa Menari mencari Tanda tangan yang kupalsukan sendiri Bapak (II) Duduk Batuk Bisu sedikit menggerutu B apak (III) Saya tahu Itu, kamu, Pak, palsu! Bapak (IV) Campur Bawur Tawur Bapak (V) Teriak Sepi Tanpa awak Sejenak Bisul meledak Brumm brakk ! Bapak (VI) Saya dan Anda adalah angka 2,5 juta 4 juta 10 juta tanpa aroma Bias Lepas Asing Terasing Bapak (VII) Basi! Kadang bau seperti terasi Wangi yang kau bawa lari tak bisa lagi sembunyi tetap saja tak wangi tak mamp

Manis Pahit Berorganisasi

Oleh Rohmatur Rizqiyah        Matahari memancarkan sinarnya ke celah-celah jendela kamar. Suara kokok ayam sedari tadi menyeruak di telinga. Alarm hand-phone beberapa kali berusaha membangunkan saya. Itu semua sia-sia, sepertinya pagi ini mata saya tidak mau bersahabat dengan saya, atau mungkin mata ini sudah mulai merasakan lelah karena setiap hari saya ajak begadang demi acara final ini. Acara final? Ya, ini adalah acara puncaknya HMP PBSI sekaligus progam kerja kami yang terakhir. Acara ini mungkin berbeda dengan acara-acara lainnya. Dalam acara ini, kami juga mengundang beberapa SMAN di Madura untuk berpartisipasi. Nama acara ini adalah Pekan Sastra Pelajar Se-Madura yang disingkat dengat PSPS. Acara ini berupa lomba baca puisi antarSMA se-Madura.         Acara ini adalah acara pertama tanpa kehadiran ketum PBSI yaitu Helmi Yahya. Dia sedang menghadiri acara Ikatan Mahasiwa Bahasa dan Sastra Indonesia se-Indonesia (IMABSII) yang bertempat di Bali. Meskipun tidak bisa hadi

Kebersamaan Mengajarkan Kekuatan

Oleh David Hidayat, Mahasiswa FIP 2015 asal Bangkalan Kenangan, seperti suratan antara sedih dan kebahagiaan. Namun kenangan ini akan aku ceritakan dari sisi yang membuatku tertawa. Bangga, ya bangga. Kenangan ini aku mulai semenjak bergabung dengan teman-teman Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FIP, Universitas Trunojoyo Madura. Tidak ada hal yang mewah atau menarik di himpunan itu. Semuanya biasa-biasa saja. Yang menjadi luar biasa dan menjadi kenangan tersendiri adalah orang-orang yang berkomitmen di dalamnya. Orang pertama yang aku kagumi adalah ketua umum HMP PBSI, Helmi Yahya. Orangnya sederhana, lucu, dan enak diajak ngobrol. Pertama kali aku ketemu Helmi adalah ketika aku menjadi mahasiswa baru. Saat itu dia menjadi sie acara ospek fakultas. Aku mencoba mendekatinya sembari becanda. Aku lihat dia memang suka becanda. Sikapnya yang bertanggungjawab serta kepedulian terhadap semua teman, membuatku semakin kagum. Aku ingin berteman denga

Simponi Ospek Prodi: “Saya Bangga pada Kalian”

Oleh Yulida Indah Sriningrum, Mahasiswa FIP 2015 asal Pantura Jawa            Pagi…          Masih terasa sangat pagi bahkan mungkin bisa disebut malam. M alam yang tidak mau melepas rembulan untuk menggantikan sang surya. Aktivitas padat pada 3 - 5 September 2016 sudah menanti. Pagi itu bergegaslah saya ke kampus. Dengan melangkahkan kaki , saya mengucapkan doa , memohon kelancaran pada Sang Khalik, Yang Maha Segala-galanya.             Saya mencoba menutupi kegelisahan , kebimbangan dan kebingungan saya. Dua acara yang sama-sama penting terjadi pagi itu. Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F) yang saya geluti dan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) yang saya ikuti bersamaan mengadakan acara. Manajemen waktu memang harus dipersiapkan , jika mengikuti dua organisasi yang memiliki peranan penting. Saya memilih untuk mengikuti UKM - F lebih dulu , lalu saya menyusul dalam kegiatan Ospek yang diadakan HMP setiap tahunnya.             Saya sadar , saya telat saat itu .