Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2016

Pengubah Mindset

Oleh Dzurotun Muniroh S enin, 29 Agustus 2016 , itu hari dan tanggalku di awal semester tiga. Pada hari itu ada tiga mata kuliah . S alah satunya mata kuliah Bahasa dan Sastra Madura. Dosen untuk mata kuliah ini Bapak S a lamet Wahedi . Dia lebih akrab dipanggil P ak Set Wahedi. Aku dan teman-teman kelas 3A lainnya menunggu P ak Set untuk masuk kelas dan memulai kontrak kuliah serta perkenalan. Tak lama , datanglah P ak Set . S ebelum perkenalan dimulai , s aya sempat ber p ikiran mengenai P ak Set . D alam p ikiran saya , “Alisnya tebel ya, seperti orang galak . ” T api apa yang saya p ikirkan salah. Perkenalan dimulai . P ak Set memperkenalkan diri dengan bercanda bersamaku dan teman-teman kelas 3A . Dari perkenalan awal P ak Set sudah bisa saya bayangkan , beliau sebenarnya bukan orang galak . Beliau baik, humoris serta mengagumkan. Ya meskipun awalnya aku melihat beliau seperti orang galak sehingga aku takut kalau ingin berinteraksi dengannya. Selesai perkenala

“Oh, Pak Set, Too...”

Oleh Imsiyah Kholifatus Solihah*             “ Malam yang aku jalani sudah usai ,” gumamku dalam hati . B adan ku masih lelah bangun pagi, karena aktivitas melelahkan di hari kemarin. Sayup-sayup kokok ayam di rumah belakang asrama terdengar . Aku bangun dengan perlahan . S eolah enggan meninggalkan tempatku berjelajah ke dunia mimpi.  Aku sangat lelah membuka mata . S ukmaku terasa tak bersatu dengan raga . Semua lelahku dan malasku pecah oleh suara pujian yang melengking dari mus ha lla a srama. A ku bergegas berwudhu’ untuk menghadap S ang I lahi Robbi. Me manjat kan doa-doaku . S alah satunya saya memohon kelancaran atas perjalananku mecari ilmu . Perjalanan untuk tugas suci yang mulia. Aku lihat mentari memancarkan sinarnya untuk menyapa d unia . T ak pernah a ku melupakan kebiasaanku di rumah keduaku : menatap sang mentari muncul dari ufuk timur. Sunset itu terlihat indah . T ak lupa kulihat genting-genting rumah penduduk , berjejeran jelas walau dari kejauh

Boi-Boian

O leh Amalina Syafaatul Udzma, Mahasiswa PGSD 2013 asal Bangkalan Permainan tradisional adalah salah satu permainan warisan leluhur atau kebiasaan yang sering dilakukan warga jaman dahulu saban kali waktu menganga luang.  Begitu pun ketika saya masih kecil, permainan menjadi arena untuk mengisi waktu. Karenanya, masa kecilku tumbuh bersama kenangan yang tak lekang oleh waktu. Permainan yang pernah saya mainkan, dan masih membekas dalam ingatan adalah “Boi-boian”. Boi-boian merupakan permainan tradisional yang sederhana, namun mengasyikan dan menegangkan. Dalam permainan ini, setiap peserta harus pandai-pandai menyelamatkan diri. Boi-boian dimainkan oleh dua kelompok, yaitu kelompok yang bermain dan kelompok yang berjaga. Masing-masing kelompok terdiri atas dua orang atau lebih. Karena itu, permainan ini membutuhkan kerjasama antar-pemain dalam satu kelompok. Semakin banyak anak yang ikut bermain, makin bertambah seru permainannya. Permainan ini dinamakan permainan”boi-b