Kenangan,
seperti suratan antara sedih dan kebahagiaan. Namun kenangan ini akan aku
ceritakan dari sisi yang membuatku tertawa. Bangga, ya bangga. Kenangan ini aku
mulai semenjak bergabung dengan teman-teman Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP)
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FIP, Universitas Trunojoyo Madura.
Tidak ada hal yang mewah atau menarik di himpunan itu. Semuanya biasa-biasa
saja. Yang menjadi luar biasa dan menjadi kenangan tersendiri adalah
orang-orang yang berkomitmen di dalamnya. Orang pertama yang aku kagumi adalah
ketua umum HMP PBSI, Helmi Yahya. Orangnya sederhana, lucu, dan enak diajak
ngobrol.
Pertama
kali aku ketemu Helmi adalah ketika aku menjadi mahasiswa baru. Saat itu dia
menjadi sie acara ospek fakultas. Aku mencoba mendekatinya sembari becanda. Aku
lihat dia memang suka becanda. Sikapnya yang bertanggungjawab serta kepedulian
terhadap semua teman, membuatku semakin kagum. Aku ingin berteman dengannya.
Setiap hari aku bertemu dengannya. Ya, memang orangnya mudah ditemukan.
Sosoknya yang besar, seperti terlihat di mana-mana.
Menjadi
anggota HMP PBSI periode 2016 adalah awalku berproses bersama Helmi dan
teman-teman yang lain untuk membangun HMP PBSI menjadi lebih baik. Wajarlah
semangat itu memenuhi kepalan tangan kami. HMP PBSI baru 4 tahun berdiri. Semuanya
baru diproses untuk menjadi lebih tegak lagi. Aku merasa, Helmi menganggapku
bukan sekadar teman. Dia menganggapku rekan kerja yang solid dan bisa diajak
kompromi. Itu hanya perasaanku saja. Kebetulan aku juga menjabat sebagai wakil
ketua umum. Semua permasalahn di HMP aku juga tahu.
Kegiatan
pertamaku yang berkesan bersama Helmi adalah, pelantikan dan kemah sastra.
Dalam persiapan pelantikan memang aku tidak menyiapkan apa-apa. Saat itu aku
sakit demam berdarah selama dua minggu. Jadi persiapan setelah pemilihan
anggota baru, aku tidak ikuti sama sekali. Seusai pelantikan dilaksanakan, ada
jeda untuk shalat Jum’at. Setelah itu kegiatan kemah sastra.
Beberapa
persiapan belum dipersiapkan, seperti bambu dan sound system. Aku dan beberapa panitia pergi ke rumah Helmi untuk
mengambil barang-barang tersebut.
Setelah semua perlengkapan terkumpul, kami mulai menyiapkan tenda. Malam
saat suasana kemah tiba, aku ngobrol-ngobrol dengan Helmi sembari menyaksikan
kegiatan yang berlangsung. Pembicaraan tersebut mengenai situasi dan kondisi di
saat kemah yang kurang kondusif karena beberapa teman mulai kesurupan.
Seusai
kegiatan kemah sastra, Minggu siang kami membereskan semua peralatan kemah. Setelah
semuanya rampung, dikemas, panitia pun dipulangkan. Hanya tersisa 4 orang, yaitu
aku, Helmi, Romen, Dayat. Kami masih menunggu beberapa peralatan dan sound system yang belum diambil pemiliknya.
Mulai pukul 11.00 sampai pukul 14.00 kami menunggu. Sembari menunggu kami
tidur-tiduran di depan ruangan BEM-F karena tidak tidur semalaman. Sementara
itu pula Helmi bersama Romen keluar membeli jajan dan minuman untuk kami. Alhamdulillah,
kami masih bisa bersyukur dengan kebersamaan itu. Terutama aku pasti akan rindu
dengan kenangan itu.
Banyak
hal, pengalaman dan kenangan yang aku jalanai bersama teman-teman HMP PBSI
2016, terutama bersama Helmi. Kita mencari hutangan dana demi terlaksananya kegiatan
di PBSI. Sedih-senang kita tanggung bersama. Setelah periode ini selesai, aku
berusaha untuk berproses seperti Helmi di HMP PBSI. Semoga niatan yang baik ini
dapat membantuku untuk membangun PBSI menjadi lebih baik, idealis, serta kritis.
Mohon do’anya, ya teman-teman. Kita wujudkan HMP PBSI yang benar-benar dikenal
oleh seluruh mahasiswa UTM ataupun masyarakat luas dari kretivitas dan
prestasinya yang baik. Dan semoga Helmi sukses menjadi Gubernur FIP, UTM.
Aamiin.
Komentar
Posting Komentar