Langsung ke konten utama

Insiden Begal di Malam Inagurasi

Oleh 3K*

Suatu hari, malam inagurasi penutupan ospek jurusan di Fakultas KIP, UTM, tepatnya hari Minggu, 06 September 2015. Masing-masing kelompok menampilkan kemampuan dan bakat mereka, seperti menyanyi, menari, membaca puisi dan ‘atraksi’ drama (:teater). Malam itu, malam penuh keindahan bagi mahasiswa baru. Menurut mereka, malam inagurasi sebagai pelipur lara setelah beberapa hari tersiksa akibat ulah orang-orang yang “kurang-tahu” akan pendidikan. Seperti kita tahu, tujuan ospek adalah menggembleng mahasiswa menjadi sosok yang kritis. Bukan sebagai itik-itik comberan.

Acara inagurasi ditutup dengan peletusan mercon. Karena letusan mercon ini, beberapa mahasiswa baru pingsan karena lemah jantung. Tragedi yang paling meresahkan, acara berlangsung tidak sesuai dengan jadwal. Berulang panitia melakukan kesalahan, sehingga acara molor sampai melewati titik batas pukul 22.00.

Mulanya kemoloran ini berjalan seperti halnya jam karet dalam acara-acara pada umumnya. Akan tetapi ceritanya jadi berbeda ketika seorang mahasiswa (perempuan) memberanikan diri pulang sendiri tanpa diantar. Tepat di sebelah timur kampus jalan kembar pintu masuk kedua, beberapa begal menghadangnya. Sepeda motor beat warna hitam yang dinaikinya dibawa kabur para pembegal.

Dua mahasiswa yang menjadi korban begal bercerita, bahwa mereka sempat mengalami histeri (dan kemungkinan mengalami trauma) atas kejadian tersebut. Kedua korban juga menuturkan, mereka dicegat di jalan saat mengendarai motornya. Ketika berhenti, pelaku menendang dua mahasiswa tersebut hingga terjatuh. Itu kemungkinan besar membuat tekanan batin dan pukulan keras bagi korban, ditambah motor yang dipakai merupakan kendaraan pinjaman temannya.

Esoknya, Kaprodi menjenguk dua korban tersebut. Kaprodi memberikan arahan dan nasihat serta motivasi untuk tidak larut dalam peristiwa nahas itu. Selain itu, panitia ospek akan bertanggungjawab atas insiden tersebut. Kemungkinan besar motor tersebut sudah tidak dapat kembali lagi, namun masih ada harapan 2-3 hari untuk mendapatkan motor itu dengan uang tebusan. Karena itu, panitia dan peserta ospek akan dimintai sukarelawan untuk membantu korban.


*Mahasiswa semester 3 prodi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, FKIP, Universitas Trunojoyo Madura

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Ciri Khas Kami: Baca Puisi

Oleh Nahdliya, mahasiswa PBSI 2015 asal Pantura Jawa Helmi Yahya? Begitulah penuturannya saat aku pertama kali mengenalnya. Pertama kali kami berjumpa dan bertatap muka, tepatnya saat aku melewati masa-masa ospek di lingkup Prodi PBSI. Aku sempat heran dan meragukan nama aslinya. Apakah benar seperti itu atau hanya sebagai dalih agar dia tenar di kalangan maba. Oh hanya Tuhan yang tahu mengenai namanya. Dia memperkenalkan diri pada kami sebagai wakil ketua HMP saat itu. Aku sempat berpikir keras, mencoba memahami jabatan yang dipegangnya. Bukan meragukan, tapi lebih ke arah tidak percaya. Setahuku dia konyol, lucu, gokil dan entah apa lagi. Segalayang berbau komedi melekat pada dirinya. Itu yang membuat aku tidak percaya dengan jabatan wakil ketua HMP yang dipegangnya. Di awal pertemuan dengan suasana lingkungan perguruan tinggi, aku lebih memilih acuh tak acuh tentang kak Helmi. Entah dia mau menjadi apaatau menjabat apa. Beberapa hari mengikuti ospek, aku mulai mengerti sisi

Doa untuk Nenek

O leh Mafruratul Hasanah Kaummudapergerakan.com 19 Maret 2015. Kamis sore. Tibalah aku di pamekasan dari tempat perantauanku. Kedatanganku disambut penuh keceriaan oleh semua ponakanku, yang kusebut para kurcaci. Seperti biasa kutemui nenek tersayangku yang terbaring ditempat tidur dari lima tahun lalu. Kucium tangannya sambil mengucapkan salam. Beliau hanya tersenyum melihat kedatanganku. Tak biasanya nenekku seperti itu. Kuajak berbincang-bincang, ternyata aku baru sadar nenekku tuli dan tak mengenaliku. Kukeraskan suaraku. Kujelaskan siapa diriku dengan menetaskan air mata. Aku tak tega melihatnya. Setelah kukeraskan, dia menyapaku dengan berkata, "Sampeyan pasèra?" Serasa asing kalimat itu bagiku. Tak biasanya beliau menggunakan bahasa halus padaku. Aku menjawab sambil tersenyum. Menjawab semua yang beliau tanyakan. Beliau terus menggunakan bahasa halus padaku seperti kami baru kenal. Tapi beliau paham siapa saya. Beliau sempat menanyakan uang jatah bul

Es Lilin Cabbi

Oleh  Kuswanto Ferdian, King Favorit UTM 2016 dan Mahasiswa PBSI 2014 asal Pamekasan Perkenalkan namaku Kuswanto Ferdian. Kalian bisa memanggilku Wawan. Kawan-kawan  di desa memanggilku “Phebeng”. Entahlah apa maksud dari panggilan itu. Aku menerima panggilan itu begitu saja. Aku berasal dari Pulau Garam Madura. Waktu aku masih kanak-kanak , aku sering bermain dengan kawan-kawan d esaku, D esa K olpajung, Pamekasan, Madura. Desaku populer dengan julukan “Kampung Hijau”. Julukan itu diberikan karena desaku sering menjuarai lomba “Adipura Kabupaten” yang diadakan setahun sekali. Selain banyak pohon yang rindang serta daunnya yang hijau, di sepanjang jalan desaku banyak bangunan dengan cat warna hijau. Baik bangunan Sekolah, toko, maupun rumah warga. Alasan itulah yang menjadikan desaku mandapat julukan “Kampung Hijau”. Desaku memiliki beberapa permainan tradisional. Permainan yang paling aku sukai waktu kanak-kanak, permainan “ E s Lilin Cabbi ” . P ermainan ini hampir sam