Oleh Dzurotun Muniroh
Senin, 29 Agustus 2016, itu hari
dan tanggalku di awal semester tiga. Pada hari itu ada tiga mata kuliah. Salah satunya mata
kuliah Bahasa dan Sastra Madura. Dosen untuk mata kuliah ini
Bapak
Salamet
Wahedi. Dia lebih akrab dipanggil Pak Set
Wahedi. Aku dan teman-teman kelas 3A lainnya menunggu Pak Set untuk
masuk kelas dan memulai kontrak kuliah serta perkenalan. Tak lama, datanglah Pak Set. Sebelum
perkenalan dimulai, saya sempat berpikiran
mengenai Pak Set. Dalam pikiran saya, “Alisnya tebel ya, seperti orang galak.”
Tapi apa yang saya pikirkan salah. Perkenalan
dimulai. Pak Set memperkenalkan diri dengan
bercanda bersamaku dan teman-teman kelas 3A. Dari perkenalan awal Pak Set sudah
bisa saya bayangkan, beliau sebenarnya bukan orang galak. Beliau
baik,
humoris serta mengagumkan. Ya meskipun awalnya aku melihat beliau seperti orang
galak sehingga aku takut kalau ingin berinteraksi dengannya.
Selesai perkenalan, beralih
pada kontrak
kuliah. Aku sempat berpikiran tidak setuju
dengan kontrak kuliah mengenai
keterlambatan, di mana mahasiswa boleh
masuk dan duduk. Tapi tidak boleh menguluk salam dan
berbicara. Itu aku pertanyakan pada Pak Set. Aku menunggu
penjelasan Pak Set mengenai hal
itu. Ketika
Pak
Set mengungkapkan penjelasannya mengenai kontrak kuliah itu, dalam pikiranku
ternyata benar apa yang diucapkan Pak Set. Mahasiswa
terlambat boleh duduk dan tanda tangan tapi tidak boleh salam dan berbicara
dikarenakan takut menganggu kosentrasi mahasiswa lainnya dalam proses
pembelajaran berlangsung.
Ketika perkenalan, Pak Set memberitahu
kota asalnya yaitu Sumenep. Beliau juga mengatakan, tidak semua
orang Madura itu sama. Ada yang baik ada yang jahat. Bergantung pada
kepribadian
setiap
individu. Di situ aku berpikir, menilai
seseorang tidak harus dilihat dari wajah. Apa yang aku pikirkan
dengan apa yang aku lihat ternyata berbeda. Yang menjadikanku sempat berpikiran
mengenai Pak Set, yaitu ketika
aku
melihat dari sisi wajah Pak Set yang mempunyai alis tebal, sehingga
terkesan galak.
Saat perkenalan berlangsung, Pak Set bercerita perjalanannya semasa
kuliah di UNESA (Universitas Negeri Surabaya); dari awal
masuk kuliah hingga beliau menempuh studi S2 di UGM
(Universitas Gadjah Mada), yang membuatku termotivasi untuk terus belajar
serta menghasilkan karya. Apa ada rasa bosan dari cerita itu? Ya, bisa dibilang
ada sedikit rasa bosan. Bahkan mengantuk. Tapi cerita
pengalaman Pak Set membuatku
kagum terhadap perjuangannya dalam menyelesaikan studi dan menghasilkan karya.
Pada kesan awal atau perkenalan awal, Pak Set adalah
motivator bagiku. Beliau mengatakan, “Sebuah proses
itu lebih penting dibandingkan sebuah nilai A atau B. Sebuah proses
tidak akan menghianati sebuah hasil.” Seburuk-buruknya nilai
itu lebih penting prosesnya dikarenakan jika aku tahu mengenai
prosesnya, di situ aku
mulai berproses mencari ilmu dengan sesungguhnya. Sehingga aku termotivasi dan
berjanji pada diri sendiri, “Aku harus belajar dan
mencari ilmu dengan sungguh-sungguh. Karena aku yakin, tidak ada
yang sia-sia selagi aku mau berusaha.”
Dari cerita pengalaman Pak Set
sewaktu kuliah, di situ aku mulai timbul
rasa tertarik terhadap sastra dan keinginan untuk berkarya.
Sejak itu, aku mencoba untuk membuat karya tulis seperti
cerpen dan puisi. Aku bercermin dari pengalaman Pak Set yang
memberikan banyak motivasi sehingga aku mengubah mindsetku untuk lebih baik
lagi ke depannya.
Harrah's Cherokee Casino Resort - Mapyro
BalasHapusHarrah's Cherokee Casino Resort is a five-minute 오산 출장마사지 drive from Harrah's 경산 출장마사지 Cherokee 세종특별자치 출장안마 Casino and 8 minutes from Western Address, 3400 North Carolina 충주 출장안마 Road, Cherokee, NC 28906 Rating: 2.9 · 동해 출장샵 1,896 reviews