Langsung ke konten utama

PKBL P.T. Garam Begitu “Asin”

dok. set wahedi
Oleh Mega Agustini

Kaummudapergerakan-Karanganyar. Anggota DPRD Sumenep Yang Terpilih, bagaimana kabar Bapak/Ibu? Kami berharap Bapak/Ibu sekeluarga baik-baik saja. Bapak/Ibu sehat wal afiat dalam menjalankan semua tugas dan amanah rakyat. Amien.

Dengan surat ini, kami ingin memberitahukan lingkungan desa kami, Desa Karanganyar, yang tidak lagi bersih. Sungainya dangkal dan kotor. Warnanya tidak lagi bening. Banyak sampah yang berserakan di dalamnya. Semua tak terlihat indah lagi. Semua itu terjadi karena tidak adanya tong sampah atau tempat pembuangan sampah. Padahal desa kami berada di area PT. GARAM –yang notabene BUMN- beroperasi.

Selama ini, desa kami belum merasakan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) P.T. Garam yang pelaksanaannya didasarkan pada Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN/Kepala Badan Pembina BUMN Nomor : Kep-216/M-PBUMN/1999, tanggal 28 September 1999, tentang Program Kemitraan dan Bina Lingkungan BUMN dan Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-236/MBU/2003, tanggal 17 Juni 2003, tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Saya berharap Bapak/Ibu membantu kami. Sebagai anggota DPRD, berkenan datang ke desa kami. “Binalah’ desa kami menjadi sebuah desa indah dan permai. Doronglah P.T. Garam untuk mengucurkan dana PKBL-nya untuk desa kami. Agar kami tidak hanya merasakan udara panas dan suhu ‘asin’ area P.T. Garam. Kami berharap, dengan dana PKBL itu, masyarakat kami bisa melakukan berbagai usaha ekonomi kreatif. Dengan dana PKBL itu, masyarakat kami dapat membuat tong atau tempat pembuangan sampah.

Kami juga berharap, Bapak/Ibu DPRD Sumenep yang terpilih dapat membuktikan segala janji selama masa kampanye. Bapak/Ibu dapat memberikan perubahan terhadap desa kami. Sekian surat dari kami ini.

Mega Agustini, siswa SMAN 1 Kalianget dan magarsari Desa Karanganyar Kalianget-Sumenep

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Ciri Khas Kami: Baca Puisi

Oleh Nahdliya, mahasiswa PBSI 2015 asal Pantura Jawa Helmi Yahya? Begitulah penuturannya saat aku pertama kali mengenalnya. Pertama kali kami berjumpa dan bertatap muka, tepatnya saat aku melewati masa-masa ospek di lingkup Prodi PBSI. Aku sempat heran dan meragukan nama aslinya. Apakah benar seperti itu atau hanya sebagai dalih agar dia tenar di kalangan maba. Oh hanya Tuhan yang tahu mengenai namanya. Dia memperkenalkan diri pada kami sebagai wakil ketua HMP saat itu. Aku sempat berpikir keras, mencoba memahami jabatan yang dipegangnya. Bukan meragukan, tapi lebih ke arah tidak percaya. Setahuku dia konyol, lucu, gokil dan entah apa lagi. Segalayang berbau komedi melekat pada dirinya. Itu yang membuat aku tidak percaya dengan jabatan wakil ketua HMP yang dipegangnya. Di awal pertemuan dengan suasana lingkungan perguruan tinggi, aku lebih memilih acuh tak acuh tentang kak Helmi. Entah dia mau menjadi apaatau menjabat apa. Beberapa hari mengikuti ospek, aku mulai mengerti sisi

Es Lilin Cabbi

Oleh  Kuswanto Ferdian, King Favorit UTM 2016 dan Mahasiswa PBSI 2014 asal Pamekasan Perkenalkan namaku Kuswanto Ferdian. Kalian bisa memanggilku Wawan. Kawan-kawan  di desa memanggilku “Phebeng”. Entahlah apa maksud dari panggilan itu. Aku menerima panggilan itu begitu saja. Aku berasal dari Pulau Garam Madura. Waktu aku masih kanak-kanak , aku sering bermain dengan kawan-kawan d esaku, D esa K olpajung, Pamekasan, Madura. Desaku populer dengan julukan “Kampung Hijau”. Julukan itu diberikan karena desaku sering menjuarai lomba “Adipura Kabupaten” yang diadakan setahun sekali. Selain banyak pohon yang rindang serta daunnya yang hijau, di sepanjang jalan desaku banyak bangunan dengan cat warna hijau. Baik bangunan Sekolah, toko, maupun rumah warga. Alasan itulah yang menjadikan desaku mandapat julukan “Kampung Hijau”. Desaku memiliki beberapa permainan tradisional. Permainan yang paling aku sukai waktu kanak-kanak, permainan “ E s Lilin Cabbi ” . P ermainan ini hampir sam

Pak Anu

O leh Dwi Ajeng Kartini Selama kuliah dua semester -dari semester satu sampai semester dua- baru kali ini aku bertemu dan diajar oleh dosen unik. Dikatakan unik karena cara mengajarnya santai dan mudah dipahami. Cara menyampaikan materi sangatlah berbeda dengan dosen lain yang cenderung membuat tegang. Hehe. Beliau adalah Bapak Salamet Wahedi. Sebelum ‘mengenal’nya, kami sudah mengetahuinya. Beliau adalah dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Desas-desisnya, beliau termasuk dosen killer , tentu aku langsung kaget. Aku takut ketika mendengar, beliau dosen yang killer . Aku takut, beliau di kelas sangat kaku, membosankan, dan tentu -saja bicara dosen killer - pelit nilai. Jujur saja, saat petama melihatnya memang benar terlihat seperti dosen killer. Aku sempat bingung karena pertama masuk, beliau duduk hanya diam. Aku sampai berpikir, sebenarnya dosen ini sedang marah atau memang gayanya seperti ini? Dengan tatapan mata yang sinis dan tidak mau menatap mahasiswa,