Langsung ke konten utama

TERIMAH KASIH KPPD

Oleh Mega Agustini & Yuni Emeliya Prastika*

Kaummudapergerakan-Karang Anyar. Pada hari Minggu (08/06/2014) Saya, Mbak Deni, Mbak Defi, Mbak Melly, Kak Salamet, Kak Anwar berkumpul di rumah Mbak Deni. Pada pertemuan itu, kami mendapatkan bantuan buku dari KPPD yang dibawa Kak Salamet.

Lewat tulisan ini, kami hendak mengucapkan terima kasih kepada KPPD ( Kelompok Perempuan Pro Demokrasi ) atas partisipasinya membantu kami. Kami belum mengenal KPPD, namun bagi kami KPPD adalah sosok “Kartini”. Terima kasih juga kami haturkan kepada penerbit buku KSP (Konsorsium  Swara Perempuan ) yang telah menerbitkan buku-buku yang bagus.

Buku bantuan dari KPPD berjumlah 12 eksemplar dengan 6 (enam) judul yang berbeda. 6 (enam) judul tersebut antara lain, “Berperan Tapi dipinggirkan: Wajah Perempuan dalam Ekonomi”  disusun oleh Erma Susanti, “Menuju Kebebasan: Perempuan dan Pendidikan”  disusun oleh Pinky Saptandari & Diah Retno Sawitri, “Media Meneropong Perempuan”  disusun oleh Ludfy Baria, “Memutus Rantai Kekerasan Terhadap Perempuan:  Perempuan dan Kekerasan” disusun oleh Soka Handinah Katjasungkana, “Meniti Kesehatan Reproduksi dan Seksualitas Perempuan”  disusun oleh NKE Triwijati & Bekti Dwi Andari, dan “Menggugat Hak Politik Perempuan!”  disusun oleh Hesti Armiwulan & Dian Noeswantari.

Dengan buku-buku tersebut kami akan merintis sebuah perpustakaan desa “Romah Sangkol”. Dari rumah baca inilah, kami akan mengajak para pemuda desa kami untuk gemar membaca. Kami bermimpi, desa kami memiliki sebuah perpustakaan yang tetap dan besar yang berisi jutaaa buku. Dan kepada segenap pihak yang ingin memberikan sumbangan buku dapat dialamatkan ke secretariat kami atas nama Mohamad Anwar (Perpustakaan “Romah Sangkol”) Dusun Palebunan RT/RW 07/01 Desa Karang Anyar, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep. ()

*magarsari Desa Karang Anyar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Ciri Khas Kami: Baca Puisi

Oleh Nahdliya, mahasiswa PBSI 2015 asal Pantura Jawa Helmi Yahya? Begitulah penuturannya saat aku pertama kali mengenalnya. Pertama kali kami berjumpa dan bertatap muka, tepatnya saat aku melewati masa-masa ospek di lingkup Prodi PBSI. Aku sempat heran dan meragukan nama aslinya. Apakah benar seperti itu atau hanya sebagai dalih agar dia tenar di kalangan maba. Oh hanya Tuhan yang tahu mengenai namanya. Dia memperkenalkan diri pada kami sebagai wakil ketua HMP saat itu. Aku sempat berpikir keras, mencoba memahami jabatan yang dipegangnya. Bukan meragukan, tapi lebih ke arah tidak percaya. Setahuku dia konyol, lucu, gokil dan entah apa lagi. Segalayang berbau komedi melekat pada dirinya. Itu yang membuat aku tidak percaya dengan jabatan wakil ketua HMP yang dipegangnya. Di awal pertemuan dengan suasana lingkungan perguruan tinggi, aku lebih memilih acuh tak acuh tentang kak Helmi. Entah dia mau menjadi apaatau menjabat apa. Beberapa hari mengikuti ospek, aku mulai mengerti sisi

Es Lilin Cabbi

Oleh  Kuswanto Ferdian, King Favorit UTM 2016 dan Mahasiswa PBSI 2014 asal Pamekasan Perkenalkan namaku Kuswanto Ferdian. Kalian bisa memanggilku Wawan. Kawan-kawan  di desa memanggilku “Phebeng”. Entahlah apa maksud dari panggilan itu. Aku menerima panggilan itu begitu saja. Aku berasal dari Pulau Garam Madura. Waktu aku masih kanak-kanak , aku sering bermain dengan kawan-kawan d esaku, D esa K olpajung, Pamekasan, Madura. Desaku populer dengan julukan “Kampung Hijau”. Julukan itu diberikan karena desaku sering menjuarai lomba “Adipura Kabupaten” yang diadakan setahun sekali. Selain banyak pohon yang rindang serta daunnya yang hijau, di sepanjang jalan desaku banyak bangunan dengan cat warna hijau. Baik bangunan Sekolah, toko, maupun rumah warga. Alasan itulah yang menjadikan desaku mandapat julukan “Kampung Hijau”. Desaku memiliki beberapa permainan tradisional. Permainan yang paling aku sukai waktu kanak-kanak, permainan “ E s Lilin Cabbi ” . P ermainan ini hampir sam

Pak Anu

O leh Dwi Ajeng Kartini Selama kuliah dua semester -dari semester satu sampai semester dua- baru kali ini aku bertemu dan diajar oleh dosen unik. Dikatakan unik karena cara mengajarnya santai dan mudah dipahami. Cara menyampaikan materi sangatlah berbeda dengan dosen lain yang cenderung membuat tegang. Hehe. Beliau adalah Bapak Salamet Wahedi. Sebelum ‘mengenal’nya, kami sudah mengetahuinya. Beliau adalah dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Desas-desisnya, beliau termasuk dosen killer , tentu aku langsung kaget. Aku takut ketika mendengar, beliau dosen yang killer . Aku takut, beliau di kelas sangat kaku, membosankan, dan tentu -saja bicara dosen killer - pelit nilai. Jujur saja, saat petama melihatnya memang benar terlihat seperti dosen killer. Aku sempat bingung karena pertama masuk, beliau duduk hanya diam. Aku sampai berpikir, sebenarnya dosen ini sedang marah atau memang gayanya seperti ini? Dengan tatapan mata yang sinis dan tidak mau menatap mahasiswa,