Langsung ke konten utama

Warning: Mega Trend Hand Phone Porno

Oleh Deni Yusmia

Karang-Anyar-catatanperubahan. Pagi itu aku memasuki kelas dengan langkah penuh semangat. Bel berbunyi tanda pelajaran dimulai. Tak lama kemudian, petugas melakukan razia hand-phone yang berisi video dan gambar mesum. Petugas masuk ke kelasku secara tiba-tiba.

Aku tenang-tenang saja berhadapan dengan petugas razia. Tapi berbeda dengan temanku satu ini, Andre (bukan nama sebenarnya). Ia tampak khawatir dengan razia tersebut. Setelah pemeriksaan berlangsung, terdapat tujuh hand-phone yang dirampas karena berisi video porno, termasuk hand-phone Andre.

Sebenarnya, hand-phone mengandung dampak positif yaitu memudahkan melakukan interaksi dengan orang lain. Seiring perkembangannya hand-phone ternyata tidak hanya mampu mengirim kata-kata, baik secara langsung maupun short message service (SMS). Namun sejak dilengkapi alat kamera dan recorder yang mampu bekerja secara digital, hand-phone mempunyai fungsi tambahan, yaitu dapat mengambil, merekam, dam mengirimkan gambar secara sempurna pada momen-momen tertentu yang ingin diabadikan, atau yang hendak dikirimkan.

Alat-alat canggih hand-phone bekerja tanpa alat sensor yang dapat menentukan apakah gambar itu layak atau tidak untuk disebar-luaskan. Sebagai contoh kasus, peristiwa berdarnya video mesum Ariel “Peterpan” (sekarang vokalis Noah) dengan Luna Maya, video mesum Ariel dengan Cut Tari yang menghebohkan negeri ini beberapa waktu lalu,  video mesumnya beberapa oknum pelajar SMP dan SMA di Pasuruan, dan banyak peristiwa senada.

Ironisnya, beberapa waktu lalu di Kabupaten Sumenep juga beredar video serupa. Video itu mempertontonkan oknum pelajar salah satu lembaga pndidikan SMA yang berbasis keagamaan. Intinya, membuat, memegang, menonton, menyimpan, dan mengirimkn video porno via hand-phone agaknya telah menjadi mega-trend generasi muda Negara-bangsa ini. Apalagi undang-undang pornografi dan pornoaksi yang banyak mengundang kontroversi itu nampaknya memberikan andil yang cukup dalam memberikan penguatan terciptanya budaya mengabadikan kegiatan-kegiatan mesum.

Undang-undang pornografi dikatakan berperan ‘cukup’ terhadap budaya mesum,  itu dapat dilihat pada pasal yang memperbolehkan melakukan kegiatan tersebut dengan syarat hanya sebatas dokumen pribadi dan untuk dikonsumsi sendiri.

Naudzubillah, jika piranti hukum Indonesia sudah sedemikian rupa, mau jadi apa generasi penerus bangsa kita ini?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Inilah Ciri Khas Kami: Baca Puisi

Oleh Nahdliya, mahasiswa PBSI 2015 asal Pantura Jawa Helmi Yahya? Begitulah penuturannya saat aku pertama kali mengenalnya. Pertama kali kami berjumpa dan bertatap muka, tepatnya saat aku melewati masa-masa ospek di lingkup Prodi PBSI. Aku sempat heran dan meragukan nama aslinya. Apakah benar seperti itu atau hanya sebagai dalih agar dia tenar di kalangan maba. Oh hanya Tuhan yang tahu mengenai namanya. Dia memperkenalkan diri pada kami sebagai wakil ketua HMP saat itu. Aku sempat berpikir keras, mencoba memahami jabatan yang dipegangnya. Bukan meragukan, tapi lebih ke arah tidak percaya. Setahuku dia konyol, lucu, gokil dan entah apa lagi. Segalayang berbau komedi melekat pada dirinya. Itu yang membuat aku tidak percaya dengan jabatan wakil ketua HMP yang dipegangnya. Di awal pertemuan dengan suasana lingkungan perguruan tinggi, aku lebih memilih acuh tak acuh tentang kak Helmi. Entah dia mau menjadi apaatau menjabat apa. Beberapa hari mengikuti ospek, aku mulai mengerti sisi

Es Lilin Cabbi

Oleh  Kuswanto Ferdian, King Favorit UTM 2016 dan Mahasiswa PBSI 2014 asal Pamekasan Perkenalkan namaku Kuswanto Ferdian. Kalian bisa memanggilku Wawan. Kawan-kawan  di desa memanggilku “Phebeng”. Entahlah apa maksud dari panggilan itu. Aku menerima panggilan itu begitu saja. Aku berasal dari Pulau Garam Madura. Waktu aku masih kanak-kanak , aku sering bermain dengan kawan-kawan d esaku, D esa K olpajung, Pamekasan, Madura. Desaku populer dengan julukan “Kampung Hijau”. Julukan itu diberikan karena desaku sering menjuarai lomba “Adipura Kabupaten” yang diadakan setahun sekali. Selain banyak pohon yang rindang serta daunnya yang hijau, di sepanjang jalan desaku banyak bangunan dengan cat warna hijau. Baik bangunan Sekolah, toko, maupun rumah warga. Alasan itulah yang menjadikan desaku mandapat julukan “Kampung Hijau”. Desaku memiliki beberapa permainan tradisional. Permainan yang paling aku sukai waktu kanak-kanak, permainan “ E s Lilin Cabbi ” . P ermainan ini hampir sam

Pak Anu

O leh Dwi Ajeng Kartini Selama kuliah dua semester -dari semester satu sampai semester dua- baru kali ini aku bertemu dan diajar oleh dosen unik. Dikatakan unik karena cara mengajarnya santai dan mudah dipahami. Cara menyampaikan materi sangatlah berbeda dengan dosen lain yang cenderung membuat tegang. Hehe. Beliau adalah Bapak Salamet Wahedi. Sebelum ‘mengenal’nya, kami sudah mengetahuinya. Beliau adalah dosen Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Desas-desisnya, beliau termasuk dosen killer , tentu aku langsung kaget. Aku takut ketika mendengar, beliau dosen yang killer . Aku takut, beliau di kelas sangat kaku, membosankan, dan tentu -saja bicara dosen killer - pelit nilai. Jujur saja, saat petama melihatnya memang benar terlihat seperti dosen killer. Aku sempat bingung karena pertama masuk, beliau duduk hanya diam. Aku sampai berpikir, sebenarnya dosen ini sedang marah atau memang gayanya seperti ini? Dengan tatapan mata yang sinis dan tidak mau menatap mahasiswa,